Write For World

Label:


30 Januari 2013

Indahnya malam ini. Bintang-bintang kian gemerlap di langit luas. Sinar bulan tersenyum mesra kepada bumi. Di waktu ini kurasakan semilir angin malam di jalanan, di atas motor kesayangan. Berdesik tabir syukur ke Ilahi Rabbi melihat pemandangan malam penuh makna yang mendalam. Batinku terenyuh dengan jagoan-jagoan di sekeliling yang hidup dibawah garis kemiskinan. Mereka bisa sanggup meniti kehidupan dengan apa adanya, lain daripada orang-orang jutawan, miliaran, bahkan triliunan. Nasib? Ah! Aku tidak ingin membicarakn nasib di malam ini. Aku hanya ingin membuka pikiran dan kesadaran bahwa hidup itu pilihan.

Sesampainya di tempat tujuan, langsung saja ku mulai melakukan aktivitas seperti biasanya. Aktivitas keseharian sebelum tidur. Ku hempaskan badan di atas karpet biru, kusandarkan kepalaku dengan tas hitam. Barulah ku mulai membuka akun burung berkicau. Berkicau dengan bebas, siapa saja berhak berkicau mulai dari golongan bawah sampai golongan atas. Aku hanya ingin menghibur diri diantara para pekicau-pekicau. Ikut andil sebagai orang yang butuh ilmu, wawasan, dan hiburan dari mereka, sampai tak lama kemudian, ruangan pun gelap, pikiran gelap, hati gelap, hanya handphone di tangan yang terus bertahan.

Masih berlanjut ? aku hanya terdiam. Mata mulai sayup segera beristirahat. Indahnya gelap seakan merasa mati dalam kesadaran. Tak kupikirkan setan, iblis, jin berwujud atau tidak, aku hanya tahu bahwa kodok dan tokek bisa bernyanyi. Bernyanyi menemani tidurku. Nikmatnya kurasakan malam ini. Syukur dan sholawat tak lepas berucap dalam hati, sebagai penambah ketenangan, juga sebagai obat kegelisahan. Kegelisahan tentang setan, iblis, dan jin yang masuk pikiran. Walaupun demikian, hanya cuek jalan pilihan. Percuma juga memikirkan hal yang tidak berguna.

Sayup mata mulai meredam di keheningan malam dan kegelapan. Aku tak bisa menceritakan seperti apa saat itu, tetapi hanya satu makhluk yang dapat mengetahui, tiada lain dialah si Nyamuk, Nyamuk yang memiliki banyak kelebihan. Aku mengalah dengannya, aku malu melihat tingkahnya.

“Hei pemuda! Mengapa kau tidur? bangunlah,” ujar si nyamuk.
Aku tidak bisa membalas pertanyaannya, aku tak diberi kekuatan oleh Tuhan untuk menjawab. Aku hanya menutup seluruh badanku dengan jacket dan sajadah.

“Hei pemuda sombong! Percuma kau pura-pura tidur.”
Lagi-lagi si nyamuk terus berbicara tak lihat waktu dan kondisiku yang teramat berat membuka mata. Suara sayapnya sudah terngiang-ngiang di sekitar telingaku dan akhirnya lampu kembali bersinar.

“Mampuus kau nyamuk jabbeeeer haha!!!” tawa dalam hatiku.

Satu per satu ku bunuh mereka, sadis memang, tak kupikirkan rasa kasihan aku hanya dendam dengan pertanyaan darinya. Nikmat pun kembali datang, aku lanjutkan tidur dengan tenang. Semakin lama, datang lagi nyamuk berandalan, kini si nyamuk terlihat sendiri. Aku tak tega membunuhnya karena ia tidak mengganggu. Ia nyamuk yang baik, nyamuk yang berbeda dengan nyamuk lainnya. Mungkin ia berbeda dengan geng nyamuk-nyamuk lainnya.

“Kenapa kau sendiri muk?” tanya ku dalam batin.

“Aku tidak punya teman hei pemuda,” jawab si nyamuk.

“Kemana temanmu memang?”

“Temanku sudah mati.”

“Oh itu temanmu? Haha… temanmu jahat sekali muk!.”

“Kalau temanku jahat, berarti Allah juga jahat dong pemuda.”

“Loh! Mengapa kau kaitkan dengan Allah wahai nyamuk?”

“Karena aku sebagai nyamuk sudah ikhlas dengan apa-apa yang Allah ciptakan untuk diriku dan bangsaku. Kebanyakan manusia hanya mengeluh dan marah denganku, bahkan mereka tak sudi membunuh teman-temanku sampai dengan alat listrik menghabisi seluruh badan, kalaulah aku bisa teriak, kalaulah aku diberi kekuatan untuk berbicara. Mungkin manusia akan tahu berapa nikmatnya hikmah dibalik ini.”

“Hahahaaa… hei nyamuk sudah jangan berkhayal tingkat surga kau ini, memang apa yang ingin kau teriakkan hah? Apa yang ingin kau bicarakan?”

“Aku akan teriak untuk bangun sholat malam, aku akan menggigit mereka sebagai peringatan siksaan yang amat kecil dibandingkan siksaan di neraka nanti dan semua itu aku rela mati di tangan manusia apapun… karena sudah ditakdirkan seperti itu.”

Tak terasa hatiku luluh, aku terus berpikir dengan jawaban si nyamuk. Setelah itu, aku pun minta maaf kepada nyamuk dan berharap bisa menyebarkan pesan nyamuk melalui tulisan.

Entah apa yang dia katakan memang benar tapi tak semua orang bisa megetahui apa yang nyamuk katakan sedemikian. karena jawaban nyamuk terdapat pada hati mereka yang bisa berpikir positif dan berprasangka baik dengan apa-apa yang telah Allah ciptakan.



0 Responses to Nyamuk I'm in Love: