Write For World

Label:


Suntuk. Ya, itu tak lain dan tak bukan sifat yang pasti ada pada manusia tak terkecuali mahasiswa yang penuh dengan deadline dalam mengerjakan tugas-tugasnya yang menumpuk. Jengah memang. Sama saja hidup segan, mati ya segan juga. Malam hari ini yang khas, bintang berkumpul membentuk formasi rasi bintang. Bulan pun melengkapi, dengan udara yang cukup sejuk. Terdengar suara jangkrik dan tokek bernyanyi-nyanyi di tengah kegalauan Irfan, seorang mahasiswa deadliner yang sedang gamang,

“Apa yang harus gua tulis?” gerutu dalam hati. “Pak dosen, bu dosen stop memberi tugas, gua lelah!” menjerit dalam hati.

Tanpa berpikir panjang Irfan melupakan tugas-tugasnya dan langsung beralih membuka laptop kesayangannya, melebihi sayang ia terhadap seorang pacar, meskipun ia belum mempunyai pacar. Irfan membuka search engine di laptopnya. Web yang ia buka tak lain dan tak bukan adalah facebook. Tempat galau ia selama ini. Kaget bukan kepalang Irfan melihat Vera juga sedang online di facebook “Wah, tumben-tumbennya nih anak muncul di sini, padahal dia kan sudah menjadi public figure. Seharusnya banyak yang ia mesti kerjakan daripada online di facebook” gumamnya.

Vera seorang teman akrab Irfan yang tinggal di Aceh, sedangkan Irfan tinggal di Jakarta. Pada awalnya persahabatan mereka hanya sebatas percakapan di facebook, tapi lama-kelamaan hubungan persahabatan mereka semakin erat sampai saling telepon dan sms. Selama menjalin persahabatan meskipun hanya di facebook, Vera anak yang baik. Begitu juga sebaliknya, Vera menganggap Irfan juga teman yang supel dan asik. Hampir setiap hari mereka berdua saling chatting di facebook untuk mempererat persahabatan mereka. Dalam obrolannya di facebook, mereka bukan hanya main-main, melainkan juga bertukar ilmu pengetahuan dan wawasan mereka. Selang beberapa bulan Vera bertolak menuju Jakarta untuk melanjutkan studinya di Universitas Paramadina, Jakarta. Luar biasa senang Irfan ketika mendapat kabar itu dari Vera bahwa ia akan tinggal di Jakarta untuk melanjutkan studinya.

Pada awalnya Vera tidak kerasan tinggal di Jakarta karena udaranya yang panas, polusi, dan macet dimana-mana, tetapi satu bulan berjalan akhirnya ia sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. Hampir setiap malam Vera dan Irfan selalu bertemu di dunia maya.

“Assalamuaaikum, apa kabar? Gimana tinggal di Jakarta? Tanya Irfan.

“Waalaikumsalam, sehat gua, hhmm… Jakarta carut-marut. Pusing gua!” jawab Vera dengan nada mengejek.

“Siapa suruh lu datang ke Jakarta, hahahaa…” Irfan menimpali lagi.

“Kalau bukan untuk menuntut ilmu ogah dah ai” Gerutunya. “Oia, gimana kabar lu?”

“Alhamdulillah baik, Ver Ketemuan, yuk?” dengan nada bersemangat.

“Hhmm… boleh, di mana dan kapan?”

“Di kafe Droom aja, jalan Jagakarsa, Jakarta Selatan, besok jam empat sore, gimana?”

“Ohh situ, Oke deh kalau begitu”

“Sip, sampai jumpa besok. Oia, udahan dulu ya, gua mau ngerjain tugas dulu nih, daaa.”

Keesokan harinya, Mereka menyusun rencana untuk bertemu di sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan. Seperti biasa mereka berdua Dengan penampilan yang sederhana, tidak banyak pernak-pernik layaknya cowok zaman sekarang dan terkesan cuek untuk mengurusi dirinya sendiri namun ia tetap percaya diri apalagi ini pertamanya kali Irfan bertemu dengan Vera, seorang wanita yang ia kenal dari facebook. Tepat pukul delapan malam, Irfan meluncur dari rumahnya menuju kafe yang sudah mereka sepakati dengan sepedah motor kumbangnya dengan helm tak berkaca. Tak lupa ia memakai mp4 dan headset untuk mendengarkan playlist lagu dan menemainya dalam perjalanan. “Bismillahirrohamaanirrohim, semoga pertemuan awal gua dengan Vera berjalan lancar, amiin” berdoa dalam hati.

Dalam perjalanan, Irfan membayangkan akan seperti apa pertemuan ini sambil bernyanyi mendengarkan mp4. Sesampainya di kafe, Irfan belum melihat tanda-tanda kedatangan Vera.

“Etdah, mana nih cewe? Belum dateng juga!” gerutunya dalam hati.

Dengan sabar ia menunggu akhirnya datang Vera langsung menemui Irfan. Tatap menatap dan seyum tersenyum mereka hiasi malam dengan penuh canda tawa. Mereka saling curhat dan tukar pikiran mengenai masalahnya masing-masing bahkan sampai obrolan mimpi-mimpi ke depan mereka pun tercurahkan. Begitu kagetnya Irfan ketika Vera menceritakan tentang dirinya yang ingin mengikuti audisi artis untuk acara FTV di salah satu siaran televisi ternama. Irfan yang kebetulan gemar ikut kegiatan teater di kampus bahkan juga di lingkungan rumahnya, memberi banyak masukan kepada Vera tentang seorang pemain film. Tips dan trik Irfan berikan kepada Vera dan itu sangatlah membantu bagi Vera dalam kontes audisi nantinya. Setelah lama mereka bernostalgia, tibalah waktunya untuk berpisah.

Di hari-hari berikutnya, Vera seringkali mengirim pesan singkat kepada Irfan tentang audisi artis. Irfan hanya bisa memberi motivasi agar Vera bisa lolos dalam audisi tersebut. Dari proses itulah Irfan muncul rasa sekedar lebih dari teman dengan Vera, namun ia belum mengungkapkan hal tersebut. Setelah tiga bulan berjalan, Irfan tersentak kaget ketika mendapat telpon dari Vera.

“Halo Irfaaan!” ucap Vera penuh semangat.

“Halo juga Vera!” balas singkat.

“Eh, Gua lolos jadi pemeran utama dalam kontes audisi artis yang gua ceritain itu, gila! Gua seneng banget!”

“Alhamdulillah… keren banget lu Ver! Mantaap! Selamat ya!”

“Makasih ya Fan! lu udah ngasih gua saran, tips, dan motivasi, akhirnya gua bisa lolos.”

“Hahahaa… sama-sama, semoga lu bisa jadi artis terkenal deh di Indonesia Amiiin.” Ucap Irfan polos.

“Amiin… makasih ya Irfan sekali lagi!”

“oke..”

Seiring berjalannya waktu mengiringi kesibukan masing-masing, hubungan Irfan dan Vera semakin menurun, hal tersebut dirasakan oleh Irfan. Sms dan telpon-telponan jarang mereka lakukan seperti hari-hari sebelumnya. apalagi online di facebook, tidak pernah melihat Vera nongol.

Setelah beberapa bulan berjalan, muncul lah Vera di salah satu acara drama siaran televisi. Irfan yang kebetulan sedang menonton tv terperanjat kaget dan kagum melihat Vera, tanpa pikir panjang Irfan langsung sms Vera, tapi tak satu pun dibales. Irfan mencoba telpon Vera, tak satu pun dijawab, hampir setiap harinya Irfan melakukannya, tapi tetap saja sama seperti biasanya. Akhirnya, ia pun pasrah dan mencoba melupakan Sherly. ia berpikir hal tersebut hanyalah mimpi dan tidak akan bisa tercapai karena jika melihat dari sisi prestasi, Irfan hanyalah orang yang tidak memiliki apa-apa dibandingkan Vera, ia berpikir mungkin Vera sudah lupa dengannya.

Selang beberapa bulan berjalan, kehidupan Irfan dipenuhi banyak deadline tugas-tugas kampus. Bisa dibilang ia adalah seorang mahasiswa deadliner yang paling galau dibandingkan teman-teman kampusnya.

Pada malam harinya, sedang mengerjakan tugas, Ia merasa lelah dan selalu mengeluh dengan keadaan tugas yang betumpuk-tumpuk bukan kepalang. Di saat kegalauannya semakin memuncak, akhirnya ia iseng membuka facebook, begitu kagetnya Irfan melihat Vera juga sedang online di facebook “Wah, tumben-tumbennya nih anak muncul di sini, padahal dia kan sudah menjadi public figure. Seharusnya banyak yang ia mesti kerjakan daripada online di facebook” gumamnya. Tetapi dia tidak mengiraukannya karena dirinya sudah tidak pantas lagi berteman dengannya. Setelah beberapa menit, tiba-tiba timbul nama Vera di kolom chat pada layar facebook, ia tidak menyangka Vera yang sudah menjadi artis masih menyapa lewat facebook.

“Irfaaan… parah, udah lama banget kita ga bertemu! Gimana kabar lu?”

“Alhamdulillah baik,” ketik Irfan dengan singkat.

“Ehh.. gua kangen nih ama lu, besok ketemuan yuk di cafĂ© Pelangi Sutera Kemang, gimana?”

Irfan menjadi bingung karena tugas-tugasnya yang belum selesai, tetapi ia merasa senang karena bisa bertemu dengan Vera lagi, sambil berpikir lama Irfan pun menjawab.

“Boleh tapi gua bisanya malam, emang lo ga sibuk?”

“Siiip dah gak papa, jam 8 ya! Gua free kok besok!”

“Oke.. dah sampai ketemu besok!” Irfan kembali semangat dalam batinnya,

Keesokan harinya di malam yang indah disinari rembulan yang tak bosan-bosan memancarkan senyuman, membawa situasi pertemuan yang istimewa. Vera dengan gayanya yang semakin berubah layaknya artis papan atas, hanya memainkan blackberry sambil menunggu Irfan. Selang beberapa kemudian, Irfan pun datang dengan pakaian yang simple ga berbelit-belit, lalu mulailah mereka saling canda tawa, melepas kerinduan yang telah lama. Curhat dan tukar pikiran masih mereka jadikan wacana dalam perbincangan., dimana keduanya sudah puas bernostalgia, barulah Irfan mengungkapkan semua isi hatinya terhadap Vera.

“Ver… hhmm, gua mau ngomong nih!” ucap pelan.

“Ngomong apaan? Ngomong aja lagi Fan,” balas penuh senyum.

“Jujur pertama kali kita ketemu dan sebelum lu jadi artis, gua ada rasa lebih dari sekedar teman ama lu, sebenarnya gua pengen bisa berhubungan ama lu, Cuma gua berpikir mungkin ini hanyalah khayalan karena gua juga ga sebanding lah kalaupun bisa berhubungan ama lu sekarang ini, soalnya lu kan artis dan pastinya pasangan lu sama artis juga kan hehee..” Irfan menggerutu.

Vera pun hanya bisa diam tak berkata, entah apa yang dipikirannya, tidak membuat Irfan malu, karena baginya itu sebuah percakapan santai dalam mengungkapkan sesuatu. Tidak lama setelah itu Vera pun menjawab.

“Terus sebenarnya apa yang lu mau?” Tanya Vera terlihat santai.

“Yaah… gitu, dari tadi lu engak nyimak ya perkataan gua, aduuuh…! Yaudah, lupain aja.” Kesal dalam batin, tapi tetap terlihat santai.

Setelah beberapa menit tak satu kata pun keluar, mulailah Vera bergantian mengungkapkan isi hatinya terhadap Irfan.

“Hhmm… Irfan, jujur sebenarnya banyak cowo-cowo yang suka ama gua bahkan mereka itu semua artis juga, kalau gua flashback lagi, sebenarnya kesuksesan gua ini berasal dari lu, lu sebenarnya ga tau gua udah berkali-kali ikut audisi artis tapi tak satu pun diterima. Nah! pas kita udah ketemu dan lu banyak ngasih pengalaman dan motivasi buat gua, barulah gua menyadari ternyata semua yang lu katakan benar” ucap Vera penuh semangat. Setelah itu ia berkata lagi.

“Irfan, gua tau maksud lu, gua kagum ama kerendahan hati lu, baru kali ini gua temuin cowo yang beda, hhmm… jujur gua pribadi udah ga mau berhubungan lebih dari sekedar teman, tetapi gua maunya berhubungan serius tanpa ada lagi kata teman… sama lu Irfan”

Irfan pun kaget tak tertahankan, senyumannya memuncak, jantungnya bergejolak kencang seolah-olah air yang mendidih berada dalam tubuhnya. Akhirnya mereka berdua saling senyum dan tanpa basa-basi lagi Irfan langsung memegang tangan Vera lalu menciumnya pertanda sebagai seorang kekasih. Setahun lamanya mereka menjalani hubungan, akhirnya sampailah mereka di atas pelaminan.


0 Responses to Berawal dari Facebook: