Alhamdulillah wa syukurillah, di jum'at pagi ini saya masih bisa menghirup nafas dengan keadaan sehat wal aafiat dan juga masih bisa menulis salah satu pengalaman, kenangan, bahkan pelajaran luar biasa yang saya rasakan selama nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Keadaan selama ini yang bisa dibilang penuh kebimbangan, beban pikiran, bahkan cobaan membuat saya tidak bisa menikmati hidup seperti apa yang orang lain rasakan. Saya menganggap hanyalah sampah di muka bumi jika keadaan terus begini, tidak berdaya apa-apa karena hanya faktor ujian dari Tuhan. Namun, ketika saya pasrah dengan penuh harapan untaian doa, saya meminta jalan keluar dengan hati yang leluasa, Alhamdulillah... Allah membuka jalan semangat ketika saya hendak iseng browsing di google, terdapat tulisan GONTOR yang kemudian saya kembali mengingat memori indah yang luar biasa.
Kampung Damai, adalah arti dari makna Darussalam Gontor yang memiliki filosofi panjang dan realita dengan segala aktivitas keramaian tanpa batas, titik damai berada dalam sistem kehidupan kontinuitas yang akhirnya kembali pada Dhomir ( Hati Nurani ).
Jika dibilang pengalaman saya yang paling mengesankan maka saya akan menjawab saya bersyukur bisa hidup, belajar, bahkan mengajar di Darussalam Gontor. Bagaimana tidak! saya baru merasa perubahan yang jelas dalam perjalanan hidup saya karena berawal dari tempat ini. Ketika SMP yang saya anggap masa-masa bodoh dan suram, mulai dari sinilah saya berubah menjadi lebih baik. Kenangan kebersamaan, dihukum bareng, tidur bareng, belajar bareng, bahkan sampai mandi bareng haahaaa... bener-bener susah untuk diungkapkan. Saya bisa kenal dengan sahabat mulai dari sabang sampai merauke dan mereka juga satu nasib dan satu perjuangan. Saya merasa bersyukur bisa menjadi salah satu orang yang berhasil tamat sampai pengabdian dengan predikat BAIK, tetapi... mulailah saya bercerita
Membawa nama baik itu berat... apalagi background yang sudah orang kenal luas. Saya selalu mengingat nasihat KH. Hasan Abdullah Sahal, "Perjuangan kalian yang sesungguhnya adalah ketika mulai hidup bersama umat bukan hidup bersama pondok, pondok ini hanyalah wadah, tempat pendidikan, tempat penggemblengan mental agar kalian bisa memimpin umat di kehidupan luar nanti".
Tetapi nyatanya selama 3 tahun pasca keluar dari lingkungan pondok saya seperti kehilangan arah yang tak tahu arah tujuan, saya bingung bahkan kaget melihat suasana, kondisi yang tidak saya rasakan di pondok yaitu Jakarta tempat kelahiran saya. Tetapi apapun itu, saya masih memegang teguh panca jiwa pondok (Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukuwah Islamiyah, dan Kebebasan ) yang masih saya tanam selama kehidupan saya nanti.
Satu yang membuat saya bangkit... yaitu Hymne Oh Pondokku, sebuah lagu yang telah mendarah daging bagi semua santri senior sampai junior, santri yang nakal sampai yang beradab tentu dia akan merinding bahkan mengeluarkan air mata karena mengingat memori ketika menjadi santri.
Mulai kini, Saya berani katakan terbuka di hadapan teman-teman juga orang-orang "Saya Bangga Menjadi Santri" walaupun saya belum bisa membanggakan pondok saya, tetapi saya yakin semua akan tercapai...
Saya belajar memimpin sebuah organisasi di luar karena bekal guru-guru saya di pondok
Saya menciptakan dan menjalankan sistem sebuah usaha karena bekal pendidikan saya di pondok
Saya bisa menjalani kehidupan apa adanya karena saya sudah merasakan kehidupan di pondok
Saya beretika baik dengan sesama karena mengambil contoh ketika di lingkungan pondok
dan masih banyak yang mungkin tidak bisa diungkapkan satu persatu... Yang terpenting saya akan terus berusaha menjaga nama baik pondok dan saya janji akan membanggakan pondok Darussalam Gontor ketika saya sukses nanti...
Terima Kasih Pondokku...
Terima Kasih Guru-guruku...
Terima Kasih Sahabatku...
Mulai Perjuangan Bangkit Kembali!!!
di 18.31 Diposting oleh Unknown
0 komentar